Prof. Dr. Arono, Guru Besar Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bengkulu saat memberi uraian didepan peserta BIMTEK BIPA Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Rabu (4/6/2024) malam. |
Bengkulu - Tema budaya lokal menjadi perhatian khusus Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu saat menggelar bimbingan teknis (Bimtek) Pengajaran BIPA berbasis budaya lokal Bengkulu di Santika Hotel Bengkulu, 3-5 Juni 2024. Tema ini dipilih sebagai bahasan Utama mengingat keberadaan budaya dan Bahasa yang tidak terpisahkan satu sama lain.
Terlebih salah persepsi atau salah pemahaman atas budaya maupun penggunaan Bahasa, dapat mengakibatkan gegar budaya hingga gesekan lintas budaya, ini mengingat BIPA merupakan program pembelajaran Bahasa Indonesia yang subjeknya pembelajar asing. Kegiatan ini diikuti tak kurang dari 40 peserta yang mayoritas merupakan para pengajar BIPA serta sejumlah praktisi serta pegiat terkait.
"Kegiatan ini diikuti tak kurang 40 peserta terdiri dari pengajar dan pegiat BIPA dan berlangsung tiga hari penuh. Harapan kita tentu para peserta tidak hanya pasif sebagai penerima materi dan pelatihan, namun juga menghasilkan output nyata misal materi maupun bahan ajar BIPA" terang Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Dwi Laily Sukmawati S.Pd., M.Hum., saat membuka bimtek pada Senin (3/6/2024) malam.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah pakar hingga praktisi seperti budayawan Emong Suwandi, Ketua APP BIPA Pusat Dr. Liliana Muliastuti, MPd., Guru besar Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Bengkulu, hingga pengajar BIPA Kurnia Syahputri, S.Pd yang baru saja Kembali dari program pengajaran BIPA di Amerika Serikat.
"Tujuan BIPA salah satunya adalah membuat para pembelajar menguasai bahasa Indonesia sekaligus budaya, dan diharapkan sekaligus menjadi duta budaya Indonesia secara tidak langsung saat mereka kembali ke negara asal," terang Jimmy Hendarta, S.S., Ketua Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) BIPA Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu.
Selain sorotan utama pada penguasaan budaya dan kearifan lokal Bengkulu, peserta bimtek juga mendapat bimbingan tentang penyusunan dan pengembangan bahan ajar BIPA berbasis budaya lokal yang kemudian disajikan dan disesuaikan dalam beberapa jenis tingkatan mulai dari BIPA 1 hingga 7, sesuai dengan tingkat atau fase keahlian dari pembelajar.
"Penyusunan bahan ajar BIPA selain harus berbasis budaya lokal, juga harus disusun lebih bervariasi dan beragam khususnya memperhatikan aspek-aspek budaya. Bahan ajar itu harus berkesinambungan. Khusus kepada rekan-rekan pengajar BIPA di Bengkulu sudah selayaknya menjadikan budaya lokal sebagai suplemen dalam penyusunan dan pengembangan bahan ajar BIPA, bisa seperti adaptasi dan membuat narasi cerita rakyat Bengkulu sebagai salah satu sarana tema pembelajaran. Pengembangan ini juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dari pembelajar maupun situasi yang dihadapi," urai Prof. Dr. Arono, Guru Besar Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bengkulu dihadapan para peserta BIMTEK Selasa (4/6/2024) malam.
Prof. Dr. Arono juga menguraikan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan culturally responsive teaching (CRT) yang menekankan berbagai teknik yang terkait dengan integrasi budaya dan latar belakang serta karakteristik. Salah satunya dengan pemberian materi ajar yang otentik atau khas dan mudah dijelaskan. Hal ini sejalan dengan pentingnya bahan ajar baik sebagai alat bantu, penarik perhatian dan minat pembelajar atau pintu masuk Utama pengajaran hingga sebagai referensi dalam menyusun perbaikan.
"Membaca itu tidak selalu teks, konsep teks itu bisa dari melihat, menceritakan atau rekaman verbal tindak komunikasi. Disinilah inovasi dan kreasi harus dilakukan oleh pengajar agar pembelajaran bisa efektif dan maksimal," pungkas Prof. Dr. Arono. (Prio Susanto)